Mungkin tak banyak yang tahu kalau Pulau Buton (kadang disebut Butung), pernah menjadi tempat pelarian Arung Palakka dari kejaran pasukan Sultan Hasanudin. Pelajaran sejarah yang pernah singgah tatkala kecil dulu paling hanya menjabarkan kalau si pangeran berambut panjang ini hanyalah seorang pengkhianat. Mengapa? karena pada umumnya para pembaca hanya menulusuri berbagai literatur barat yang merupakan antikus dengan Arung Palakka. Ia berlari mencari bantuan VOC dan melawan pahlawan Indonesia. Tapi apakah kita tahu bahwa ternyata buat sebagian orang khususnya orang Bone dan Buton, Arung Palaka bukanlah sosok jahat, yang seperti didiskreditkan sekarang ini. Alkisah, sekitar tahun 1660, Bone dan Gowa bertikai. Arung Palakka sebagai salah seorang pemimpin Bone tidak bisa menerima perlakuan para bangsawan Gowa yang menindas rakyatnya. Perlakuan kerja paksa untuk membangun benteng di perkubuan daerah Makassar jelas membuat rasa siri (harga diri)-nya tercabik-cabik, apalagi se
BUGIS POST , Setiap suku bangsa di dunia tentu memiliki adat kebiasaan atau tradisi yang menjadi ciri khas daerahnya. Demikian pula Bangsa Bugis khususnya suku Bugis Bone. Berikut ini kami akan paparkan secara lengkap tentang kronologis dan tatabahasa yang sering digunakan oleh bangsa bugis dalam melaksanakan hajatan pernikahan tersebut. I. MAMMANU'-MANU' = MAPPESE'-PESE' = MAPPAU RI BOKO TANGE' = MABBALAWO CICI = MABBAJA LALENG : Artinya Menjajajki, pendekatan, pembuka jalan, merintis. II. LETTU' = MASSURO = MADDUTA. Artinya Melamar atau menyampaikan lamaran atau meminang yang dilakukan oleh salah seorang atau masing-masing duta dari kedua belah pihak untuk berdialog dan waktu melamar belum melibatkan banyak orang. Biasanya paling banyak 3-5 orang dari masing-masing pihak termasuk kedua duta. III. MAPPASIAREKENG. Artinya mengukuhkan kembali apa yang telah disepakati oleh kedua duta yang dihadiri oleh sespuh dari masing-masing pihak. dalam